Menelusuri Sejarah Wanita
Simpanan
Oleh Furaida Ayu Musyrifa
Judul:
Wanita Simpanan, Kontroversi
Selingkuhan Tokoh-Tokoh Dunia, dari Orang Suci hingga Politisi, dari Zaman Kuno
hingga Era Kini
Penulis:
Elizabeth Abbott
Penerbit
: Alvabet
Cetakan:
I, Januari 2013
Tebal:
630 halaman
Wanita simpanan adalah fenomena. Memilih
menjadi wanita simpanan adalah memilih sebilah paket hidup yang penuh resiko.
Punya kenikmatan dan kemesraan, namun sekaligus dilumuri pahit dan getir. Banyak wanita yang bersedia menjalaninya, banyak pula lelaki yang siap
mewujudkannya.
Mengapa seorang wanita bersedia menjadi wanita simpanan
atau gundik? Apakah wanita simpanan hanyalah istri tunggu yang menanti giliran,
ataukah dia mempunyai emansipasi dan kemerdekaan sebagai wanita
independen? Elizabeth
Abbott memberikan rekaman sejarah brilian mengenai fenomena
pergundikan. Ia menjawab
semua deretan pertanyaan diatas dengan cemerlang.
Dalam
buku ini, Abbott dengan cerdas menelusuri berbagai motif dan moral
wanita-wanita simpanan
yang sangat terkenal dan memesona dalam sejarah, dari masa lampau hingga masa
kini. Abbott menggambarkan potret mendalam mereka dengan peran yang demikian
kompleks, dari selir kaisar China di Timur hingga gundik raja Eropa di Barat,
dari Siti Sarah di zaman kuno hingga Marilyn Monroe di masa modern.
Pergundikan dalam banyak hal merupakan awal dari
perselingkuhan, berkembang dan hampir merupakan toleransi universal dari
ketidaksetiaan laki-laki. Memiliki banyak selir membuat kaum lelaki bisa
memanjakan diri dalam sebuah hubungan seksual yang, meski diluar nikah,
dimaafkan secara hukum dan diterima secara sosial.
Laki-laki bisa memamerkan perempuan lain sebagai simbol
prestise dan kekayaan. Memanfaatkan para
gundik untuk bertanggung jawab soal rumah tangga sebagai istri.
Para gundik benar-benar bekerja berdampingan dengan istri sah. Fenomena seperti ini menurut Abbott sudah terbiasa
dibeberapa negara khususnya kekasairan China dan Turki. Beberapa laki-laki
keturunan kerajaan, aristokrat (ningrat) dan yang memiliki hak istimewa
memperlihatkan kekayaan dan kekuatan mereka dengan membangun harem, sebuah
tempat khusus bagi wanita simpanan.
Doktor sejarah dari McGill
University, Kanada, dengan
minat khusus dalam isu-isu perempuan, ini
menemukan bahwa dunia pergundikan baik pada masa lalu maupun masa modern
mengandung demand and supply, yaitu kebutuhan dan kerawanan.
Gundik modern menggunakan standar modern dimana feminisme
dan tradisi ikut berkontribusi didalamnya untuk memilih dan mengevaluasi gaya
hidup mereka. Berbagai faktor memengaruhi mereka, seperti pertimbangan
finansial, pemenuhan seksual dan emosional, serta egalitarianisme. Mereka
melihat dukungan keuangan sebagai bagian dari pergundikan. Dalam versi mereka,
egalitarianisme feminis dalam dunia pergundikan
menjadi sesuatu yang wajar. Ketidakseimbangan kasta kelas sosial antar gundik dan
kekasih merupakan hal mendasar dari struktur hubungan.
Namun mereka juga merasakan kerawanan, rasionalisasi
(penalaran), kerahasian sehingga menjadi endemik (penyakit) bagi kehidupan
mereka sendiri. Beberapa diantara mereka melampiaskannya dalam kebiasaan
belanja atau judi gila-gilaan untuk menghabiskan sebanyak mungkin uang kekasih.
Ini terjadi pada gundik-gundik terkenal di Eropa seperti Emilie du Chatelet,
Eva braun, Marilyn Monroe dan Jeanne Hebuterne.
Bagi para gundik, cinta menjadi hal kedua setelah seks.
Laki-laki biasanya memilih perempuan muda yang menarik sebagai pasangan seks
mereka. Kecantikan akan membutakan segalanya. Sultan Turki Sulaiman menyerah
pada kecantikan Roxelana yang luar biasa, dan Raja Ludwig dari Bavaria hanyut
dalam pesona Lola Montez (hlm 82).
Buku ini ditulis dengan gaya elegan sekaligus
menggiriskan, menggabungkan bakat seorang novelis dan peneliti untuk mengungkap
suasana batin, deskripsi, dan karakterisasi dengan argumentasi penuh pemikiran.
Praktis di setiap halaman buku ini ada alasan untuk tersenyum penuh kepuasan
membaca pengungkapan ini, dan alasan untuk menahan iba dari sari cerita tentang
perempuan-perempuan paling terpinggirkan dalam sejarah. Tokoh-tokohnya tampak
bodoh, serakah, ambisius, dan kejam.
Temuan Abbott sangat menarik bahwa para gundik masa lalu
dan masa kini banyak memiliki kesamaan karakteristik dan pengalaman. Seks dan
finansial menjadi persamaan umum yang jelas. Para gundik paham benar akan
pentingnya menjaga kekasih mereka melalui pelampiasan hasrat seksual. Mereka
yang tidak memiliki keahlian seksual seringkali disiksa kecemasan akan
kehilangan kekasih mereka. Sebagai aturan, gundik hanya diundang dalam
acara-acara yang dirahasiakan, klub-klub tertentu, perjalanan bisnis singkat
dan dirumah-rumah teman yang mengerti keadaan mereka.
Keunikan buku ini adalah kemampuan Abbott
dalam menghadirkan dimensi dunia wanita simpanan yang diatur
sedemikian rupa. Temuan Abbott menghadirkan sebuah
penetrasi psikologis dan pemahaman sosial bahwa egalitarianism(ajaran bahwa manusia yg berderajat sama memiliki takdir
yg sama pula) juga dianut oleh wanita gundik.
Furaida Ayu Musyrifa (Ayu Arsyadie) mahasiswi Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN
Walisongo Semarang
Dimuat di harian Jateng Pos, Minggu 7 april 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar