Sabtu, 10 Agustus 2013

Memahami Ajaran Agama dengan Sempurna

Memahami Ajaran Agama dengan Sempurna

 Judul : Hanif, Dzikir dan Pikir
Penulis : Reza Nufa
Penerbit : Diva Press
Cetakan : I, Mei 2013
Tebal : 384 halaman
ISBN : 978-602-7933-46-0

Perbedaan dalam kehidupan menjadi satu hal yang paling sering dijumpai. Perbedaan dalam altar apapun menjadi kodrat kehidupan manusia untuk menguji kekuatan hidup bersosialisasi dan berinteraksi dengan orang lain. Seringkali perbedaan kehidupan menimbulkan pertengkaran dan percekcokan, padahal sejatinya perbedaan itu menjadi salah satu simbol kehidupan yang universal.
Novel karya Reza Nufa ini menceritakan kisah beberapa mahasiswa yaitu Hanif, Idam, Dinda dan Disti. Reza menyuguhkan kehidupan beberapa anak yang terlibat dalam pergaulan yang akrab, meskipun masing-masing mempunyai perbedaan latar belakang sekolah, keluarga, kampus, bahkan agama. Hanif merupakan tokoh yang diidolakan diantara yang lainnya. Sifat dan pembawaannya yang dewasa, rasionalis, idealis, juga sosok yang rindu akan hakikat agama hingga ia mengembara mengikuti kemana arah kakinya hendak melangkah.
Dalam kehidupan, setiap perbedaan bisa saja melahirkan sinis, benci, enggan bergaul, minder dan stigma lainnya yang dilabeli sendiri oleh otak, padahal kita belum bersentuhan dengan pribadi-pribadi yang terlebih dahulu kita hakimi itu. Pikiran kita bersikap tidak adil. Dalam kehidupan hari-hari misalnya, kita seringkali mendengar komentar terhadap kasus teroris yang mengatasnamakan Islam. Karena pelakunya adalah orang Islam, maka agama Islam dibenci dari semua ajarannya.
Manusia begitu senang memberi label, lalu memasang sekat-sekat yang menciptakan jarak. Jika pun memang kebencian masih dibutuhkan, maka bencilah pada orang yang tepat. Kebencian itu harus pula hadir karena kebutuhan akan perdamaian, menghendaki pemusnahan hal-hal yang memang bisa merusak perdamaian itu.
Hanif dalam tokoh novel ini sangat getol mendiskusikan hubungan antar pemeluk agama. Menurut Hanif, budaya saling menghargai perbedaan adalah nilai Indonesia yang harus dijaga. Sifat fisik Rasul dan sosiokultural orang Arab bukanlah nilai-nilai Islam, namun sosok asli ‘Arab’ yang tidak harus diikuti orang Indonesia (hlm 222). Namun sifat Hanif yang terlalu menyukai diskusi tanpa mengenal dan memahami dulu lawan diskusinya menimbulkan sering terjadi kesalahpahaman dengan ayahnya yang termasuk keras dalam hal menegakkan syariat. Cara pandang yang berbeda dan kerap berseberangan antar keduanya seringkali menimbulkan perbedaan pendapat.
Pernah suatu waktu saat ia hendak membayarkan sejumlah uang pada tukang mie ayam, sejenak ia menatap uang lima puluh ribuan di tangannya. Tertulis disana, “dengan rahmat tuhan yang maha esa, bank indonesia mengeluarkan uang sebagai alat pembayaran yang sah dengan nilai lima puluh ribu rupiah.” Mungkinkah para koruptor membaca nama itu di setiap lembar uang hasil korupsi mereka? Ini merupakan bukti bahwa formalitas agama sudah berjalan, tapi ketiadaan nilai agama juga berjalan bersamanya.
Novel ini mengajarkan untuk berdiskusi dengan orang yang ingin diskusi, berdebat dengan orang yang ingin berdebat. Secara langsung novel ini menyuruh untuk meninggalkan fanatisme dan nafsu mengislamkan atau mengkristenkan banyak orang. Terserah jika setiap orang berpikir bahwa agamanya paling benar dan cuma satu-satunya jalan menuju surga. Terserah. Tapi bagaimana memikirkan solusi untuk mengurangi kemiskinan dan kebodohan? Agama harusnya adalah jawaban.
Sebuah novel karya Reza Nufa, disampaikan dengan bahasa yang lugas, mudah dicerna, dan dikemas dengan sangat menarik. Novel yang tidak hanya sekadar mengandung gagasan, akan tetapi mengaduk pemikiran dan keyakinan kita dengan perjalanan kehidupan seorang pemuda yang resah. Hanif yang kritis dengan segala hal yang ada di sekelilingnya dan ingin menjadikan negara ini maju dan lebih baik dengan memahami ajaran agama yang baik dan sempurna. 

Furaida Ayu Musyrifa (Ayu Arsyadie) Mahasiswi FITK IAIN Walisongo Semarang
Dimuat di harian Jateng Pos edisi Minggu 11 Agustus 2013

2 komentar:

  1. Ternyata suka resensi toh
    .
    Semangat yu

    BalasHapus
  2. aku masih sayang kamu, mengapa indahnya silaturahmi dengan berkahnya kamu tak hiraukan

    BalasHapus