Sabtu, 01 Juni 2013

Perjuangan Revolusioner Sukarno

Perjuangan Revolusioner Sukarno


Judul : Sukarno Bapak Bangsa
Penulis : Andi Setiadi
Penerbit : Palapa, Yogyakarta
Cetakan : I, Maret 2013
Tebal : 212 halaman

Mengenang sejarah hidup dan perjuangan presiden Sukarno dengan sendirinya akan menghadirkan gairah intelektual yang nasionalis. Nama Sukarno menyejarah dan tak pernah luntur dari ingatan zaman. Perjuangannya tak pernah terkubur dalam ingatan manusia utamanya tentang pengabdiannya dalam memerdekakan Indonesia.
Andi Setiadi menghadirkan gairah intelektual itu dengan menulis buku tentang Sukarno. Buku ini berbeda dengan buku-buku lainnya tentang Sukarno. Buku ini ditulis sebagai wujud penghormatan kepada sosok Bung Karno yang jasa-jasanya sangat besar dan tak mungkin terlupakan terutama dalam mengenang kelahirannya, 6 Juni mendatang.
Sukarno menjadi putra sang fajar berkat kelahirannya bersamaan dengan menyingsingnya fajar. Dua fajar yang sedang menyingsing saat itu adalah fajar hari kelahirannya tanggal 6 Juni dan fajar abad baru 1901. Lahir seorang anak dengan wajah menatap kuat dan tampak aura pemimpin. Sang ayah, Raden Soekemi Sasrodihardjo memberi nama Kusno Susro. Ibu Sukarno mempunyai firasat baik sambil lalu mendekap Sukarno seraya berucap: “Engkau akan menjadi pemimpin rakyat kita, karena ibu melahirkan jam setengah enam pagi disaat fajar mulai menyingsing. Jangan lupakan itu nak, bahwa engkau ini Putra Sang Fajar. Falsafah Jawa menyebutkan bahwa orang yang lahir saat fajar menyingsing hingga matahari terbit ditakdirkan menjadi orang besar yang akan memimpin banyak orang.
Buku ini melihat proses perjuangan Sukarno dari masa kecil hingga detik-detik perjuangannya membawa Indonesia merdeka. Sukarno terlahir untuk Indonesia pada abad ke 19. Saat itu, bangsa Indonesia tengah mengalami puncak penderitaan akibat penjajahan, tercampak ke alam kebodohan, terseret dalam kemelaratan dan kemiskininan. Rakyat Indonesia sedang menunggu hadirnya seorang pemimpin yang mampu melepaskan diri dari belenggu penjajahan.
Imajinasi kepemimpinan akhirnya menemukan puncak dengan datangnya Sukarno. Ia berhasil membawa bangsa ini lepas dari cengkraman Belanda. Alhasil, Sukarno dikenal sebagai bapak revolusi Indonesia. Sukano kemudian populer dalam kancah global. Semua orang dipenjuru dunia mengenalnya sebagai salah satu juru bicara Asia-Afrika paling lantang dalam melawan imperialisme dan kolonialisme Barat. Sebagai orator yang lincah dalam dunia perpolitikan, ia mampu membuktikan pada khalayak sebagai sosok pengguncang dunia.
Buku ini menyusuri pelbagai simpati pada epilog hidup Sukarno yang tragis. Andi Setiadi membuka ulang ulang kehidupan suka-duka Sukarno dengan dengan pergolakan politiknya, pradigma berpikir dan petualangan hingga kisah cinta sang Bapak Bangsa ini.
Dalam perjuangannya, Sukarno tak jarang menemui pelbagai rintangan. Namun, Sukarno tetap menjadi representasi pemimpin dengan ilustrasi yang kedahsyatan yang siap mengguncang imperealisme Barat. Sukarno tak segan-segan bertindak mempertaruhkan nyawa demi dan untuk keberlangsungan hidup rakyat Indonesia.
Keberanian dan semangat juangnya yang gigih mampu menorehkan banyak jasa, khususnya bagi Indonesia. Gaya yang ditampilkan menjadikan sosok kelahiran Blitar ini, membawanya menemukan personifikasi jati diri “satu Indonesia”. Perjuangannya membawa satu impian bagi rakyat Indonesia. Sukarno tampil menjadi  pelopor  kebangsaan yang tumbuh menjadi pahlawan patriot kebangsaan.
Kehidupan Bung Karno hingga hal-hal yang menginspirasi hidupnya, terlihat detail dalam buku ini. Andi menulusuri segala prilaku, sikap dan segala yang melingkupi putra sang fajar itu. Patriotisme, cita-cita kemerdekaan, perjuangan revolusioner yang dijiwai dengan penghayatan keagamaan yang sufis dan teosofis, tertuang dalam buku ini. Buku ini seakan memanggil pembaca untuk melakukan ziarah intelektual bertemu dengan Bapak Bangsa yang menginspirasi. Membaca buku ini, sama halnya hidup berdampingan dengan Sukarno karena segala aktivitasnya terekam dalam buku ini. Kita sebagai pembaca, masuk dan terbawa dalam gemuruh kehidupan Sukarno. Terlebih, bagi pembaca yang berjiwa nasionalis, tentu ada panggilan untuk mengikuti jejaknya dalam mengharumkan bangsa Indonesia di tingkat lokal, nasional dan global.

Furaida Ayu Musyrifa (Ayu Arsyadie) Mahasiswi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN Walisongo Semarang
 Dimuat di Radar Surabaya. Minggu 2 Juni 2013


Tidak ada komentar:

Posting Komentar